Kalo kamu boleh menentukan jodoh/pacar/istri/suami, lebih suka dipilih atau memilih sendiri. Pastinya sih paling enak dua-duanya, jadi waktu seseorang kita pilih, orang itu juga memilih kita. Nah, pas banget kan?? Tapi bagaimana jika saja kita punya kekuasaan untuk menentukan salah satu? Mana yang lebih ideal? Dipilih atau memilih.
Dipilih mungkin pilihan yang sangat menyenangkan, walaupun kita tak yakin apakah dia adalah orang yang cocok untuk kita, tapi kita bisa melihat apakah ada kemungkinan dia bisa membahagiakan kita, yang harus kita lakukan hanyalah mengatakan iya atau ga. Bahkan kita punya sedikit kekuasaan untuk mengendalikan seseorang itu (tentunya untuk orang2 yang senang mengendalikan), atau melakukan apapun yang kita mau, baik atau buruk, karena kita tau kitalah yang dipilih, kita berada di posisi lebih tinggi dari orang itu. Mmmmm… mungkin tidak semuanya seperti ini, tapi berdasarkan pengamatan di lapangan (apa coba..), dan beberapa pertanyaan kepada beb
erapa teman, inilah kenyataan yang sering terjadi. Selalu saja orang yang dipilih bersikap lebih egois, katanya sih, “kalo loe emang suka, loe mesti melakukan apapun yang gw mau dong, loe mesti bisa membuat gw selalu bahagia, loe ga boleh protes dengan sikap gw, kalo ga, gw ga akan menerima cinta loe”… ya , kira-kira kayak gitu deh… :) Bahkan pernah ada temanku yang benar-benar mau diperlakukan apa aja oleh cowoknya yang dulu, karena dialah yang lebih dahulu menyukai cowok itu, dialah yang memilih. Dia menerima diperlakukan semena-mena, dia melakukan apa saja yang dimaui si cowok, dia menerima apa aja yang dikatakan cowok itu tentang dia. Tapi setelah dia dipilih oleh cowok yang lain, dia secara tidak sadar juga bertindak semena-mena terhadap cowok itu, dia menjadi sangat egois, ketika dia butuh, cowok itu harus ada untuk dia apapun yang sedang dilakukannya, ketika dia bete, cowok itu selalu melakukan hal yang salah menurut dia, dan semua adalah salah cowok itu. Sekarang dia berada pada posisi dipilih.
erapa teman, inilah kenyataan yang sering terjadi. Selalu saja orang yang dipilih bersikap lebih egois, katanya sih, “kalo loe emang suka, loe mesti melakukan apapun yang gw mau dong, loe mesti bisa membuat gw selalu bahagia, loe ga boleh protes dengan sikap gw, kalo ga, gw ga akan menerima cinta loe”… ya , kira-kira kayak gitu deh… :) Bahkan pernah ada temanku yang benar-benar mau diperlakukan apa aja oleh cowoknya yang dulu, karena dialah yang lebih dahulu menyukai cowok itu, dialah yang memilih. Dia menerima diperlakukan semena-mena, dia melakukan apa saja yang dimaui si cowok, dia menerima apa aja yang dikatakan cowok itu tentang dia. Tapi setelah dia dipilih oleh cowok yang lain, dia secara tidak sadar juga bertindak semena-mena terhadap cowok itu, dia menjadi sangat egois, ketika dia butuh, cowok itu harus ada untuk dia apapun yang sedang dilakukannya, ketika dia bete, cowok itu selalu melakukan hal yang salah menurut dia, dan semua adalah salah cowok itu. Sekarang dia berada pada posisi dipilih.
Bagaimana kalau memiilih? Ada satu teman ku yang bilang kalo lebih enak memilih, karena kita tau dengan pasti kalau orang yang kita pilih itu adalah orang yang tepat untuk kita, orang yang bisa membahagiakan kita. Kita menentukan dengan sangat teliti, melihat dengan cermat, kita merasakan dengan hati kalau dia memang soul mate kita, kita merasa takkan bisa hidup tanpa dia, kita merasa dia adalah the only one, ga akan ada yang bisa menggantikan. Tapi, ketika kita memilih seseorang, kita harus berjuang ekstra keras untuk meyakinkan orang yang kita pilih, bahwa kita adalah orang yang tepat untuk dia dan akhirnya sooner or later dia akan memilih kita juga.
Tapi ada resiko yang harus kita hadapi saat memilih, yaitu kemungkinan kalau kita salah memilih. Bagaimana kalau ternyata hal-hal yang terlihat selama ini hanyalah sebagian kecil dari dia yang sebenarnya, kalau ternyata banyak hal yang masih tersembunyi yang tidak kita ketahui, bahwa ternyata dia tidak seperti yang kita pikir, dan kita mesti bisa menerima semuanya karena kitalah yang memilih, bagaimana kalau suatu saat nanti kita menyesal dan berkata, mengapa aku memilih dia, bukan si anu??. Audi aja bilang “menyakitkan bila cintamu, dibalas dengan dusta, namun mencintaimu takkan kusesali karena aku yang memilihmu..” Yah, yang namanya hidup memang harus berani mengambil resiko dengan segala keputusan kita. Ya… gitu deh kira-kira… jadi mana yang lebih enak, dipilih atau memilih??? Hahhahahahaha…...
Dipilih atau memilih bukan sesuatu yang kita bisa tentukan. Ketika kita menjalani sesuatu, pasti ada maknanya. Tapi ada satu pendapat lagi oleh seseorang, jodoh itu bukan pilihan tapi keputusan dengan mempertimbangkan segala sesuatunya. Tapi, bukankah hasil keputusan itu nantinya adalah pilihan?? ^_^
Jodoh itu memang di tangan Tuhan, tapi Tuhan ga akan merubah nasib suatu kaum jika dia tidak berusaha. jadi dipilih atau memilih, yang penting berusaha sebaik mungkin, baru serahkan hasilnya pada Allah. jangan sampai kita menyesal karena melepaskan seseorang tanpa berusaha terlebih dahulu, padahal kita merasa dia lah yang terbaik buat kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar