Mungkin begitulah kira-kira kalau ada orang yang sok pintar jago logika marah-marahin anak buahnya atau bahkan temennya sendiri, "Lu gimana sih, kalo punya otak dipake dong, jangan lu simpen di lutut". Astaghfirullaah....
Begitulah tabiat otak, ia gak mau kalah dari organ tubuh lainnya, ia maunya jadi leader bagi otak tubuh lainnya, sebab ia merasa "Gue kan terhormat, disimpennya aja di atas, beda dong ama lutut yang disimpennya di bawah... ". Masya Allah...
Sahabat Semesta, sebenarnya Otak hanyalah fasilitas bagi sang jiwa saja, ia sama saja dengan fasilitas lainnya. tidak memiliki derajat lebih tinggi atau lebih rendah. Otak sama saja dengan jantung, sama saja dengan ginjal, sama saja dengan lever, sama saja dengan mata, sama saja dengan tangan, dan sama saja dengan lainnya... otak hanyalah fasilitas dariNya yang harus kita gunakan sebagaimana mestinya sesuai dengan petunjukNya.
Itu mengapa dalam Al-Quran, otak tidak begitu spesial, buktinya tidak ada satu pun kata "OTAK" disebutkan di Al-Quran. Tapi Al-Quran menyebutkan kata "HATI" dengan sangat banyak dalam berbagai pendekatannya, ada Hati Qolbu, ada Hati Shodr, dan ada Hati Fuad... Al-Quran menyuruh kita berpikir, Iqro, bertabayyun dan lain sebagainya tapi bukan dengan menggunakan Panglima Otak melainkan dengan menggunakan Panglima Hati, adapun keberadaan Otak hanya sebagai ASISTEN bagi Sang HATI saja, logika hanyalah asisten saja bagi sang HATI yang tunduk kepada ALLAH.... maka orang-orang yang sudah menjadikan Otaknya sebagai panglima..wajar saja hidupnya tidak akan tenang, sering gelisah, merasa tertekan, mudah mengkritik, suka menganalisa takdir Tuhan dan lain sebagainya...
Otak dihadirkanNya kepada kita memang sebagai ujian... kalau kita bisa lolos dari ujian otak ini insya Alah kita bisa lebih mulya dari Malaikat, tapi jika kita terjebak di dalam otak, maka kita bisa jauh lebih hina dari pada binatang... yap..kalau seseorang gagal merujuk kepada Sang Hati yang tunduk padaNya, lalu sibuk merujuk kepada Otak yang sombong karena merasa posisinya berada di atas sang Hati, maka wajar jika label "lebih buruk dari binatang" akan jatuh kepada orang itu...
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai HATI , tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai." (Q.S. 7:179).
Maka, sejatinya orang-orang beriman tidaklah mudah percaya dengan apa yang dilogikan otaknya. Mestinya orang beriman bisa lebih menguatkan ikatannya hanya kepada Allah saja, orang beriman tidak tunduk kepada pikiran otaknya, tapi orang beriman akan dibantuNya untuk menundukkan pikiran otaknya.
Nah, itu mengapa Allah menyuruh kita bersujud kepadaNya, yakni dimana posisi BERSUJUD adalah posisi OTAK sejajar dengan LUTUT. Maka tak heran dalam posisi sujudlah seorang hamba berada sangat dekat dengan Tuhannya, yakni ketika sang otak mau ikhlas tunduk dan merendah-rendah di bawah sang Hati. Sehingga tak heran jika Rosulullah saw bersabda : “Saat yang paling dekat antara seorang hamba dengan tuhannya adalah ketika SUJUD, maka perbanyaklah kamu berdo’a ketika sujud.” ( H.R. Ahmad dan Muslim).
Dan OTAK yang tidak mau "bersujud" kepada Sang HATI, ibarat Iblis yang tidak mau bersujud kepada Nabi Adam as. Coba perhatikan Firman Allah SWT berikut...
Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?" Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk" Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena Sesungguhnya kamu terkutuk, dan Sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat.” (Q.S. 15 : 32-35)
Iblis merasa dirinya lebih hebat, maka ia enggan sujud kepada Adam. Begitupun, karena manusia sudah banyak yang sukses mengenali kehebatan OTAK dan baru sedikit peneliti yang sukses menemukan kehebatan HATI, maka akhirnya OTAK pun enggan sujud kepada Sang HATI. Padahal Otak pun menggumpal dalam posisi sedang bersujud di dalam kepala kita.
Dengan demikian, Sahabat Semesta yang bijak.... marilah kita sering-sering sujud kepadaNya dengan pikiran yang lepas terhadap keterikatan dunia...lepas..lepas..lepas..dan biarkan sang Hati mengikatkan dirinya dengan kuat kepada Allah SWT....
Wahai Otak, kau pintar bukan karena engkau terus berpikir dan menggunakan logikamu, tapi engkau pintar karena Allahlah yang memasukkan pengetahuan itu ke dalam otakmu, maka janganlah kau merasa hebat, lalu menjadi tersesat dengan kehebatanmu.
Wahai Otak, kau tenang sajalah di dalam kepala hamba Allah, tak usah sibuk kesana kemari sampai kau lepaskan ikatan dari imammu, sang Hati. Hai Otak, tenanglah, tak usah lagi gelisah, biarkan Allah yang menanam pengetahuan yang benar dalam dirimu, sebab kalau kau terus mencari-cari lagi tentang kehebatanmu, tentang kemampuanmu, maka kau hanya bertambah sombong, kecuali kalau kau sudah beritikad kuat untuk ta'at kepada sang Hati, maka silakan...berkelanalah....
Wahai Otak, sadarlah... bahwa engkau tidak lebih mulya dari sang hati, bahkan engkau sama saja dan sejajar dengan lutut sang hamba di kala sang hamba itu bersujud padaNya. Wahai Otak, Stop lah berpikir sendirian, mohonlah izin kepada imammu, sang Hati, jika kau hendak berpikir, agar pikiranmu tak merusak kehidupanmu...
Wahai Otak, bermamkmumlah kepada Sang Hati dengan sempurna dan penuh tuma'ninah..
Wahai Hati, jadilah imam yang baik bagi Otak dan Organ Tubuh Lainnya, dan sembahlah Allah dengan sempurna...
Wahai Allah, ampunilah Imam dalam diriku, ampunilah Makmum dalam diriku..
Jadikanlah Hati dan Otak bersinergi untuk selalu terus berada di atas Shiroothol Mustaqim-Mu...
Berikanlah AmpunanMu dan RahmatMu kedalam NAFS kami ini...
Aamiin...
Wallahu alam
KZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar